Kaltim.nalarnews.id, Samarinda – Ketimpangan ekonomi di wilayah perdesaan Kalimantan Timur (Kaltim) mengalami peningkatan pada Maret 2025. Hal ini tercermin dari naiknya gini ratio dan menurunnya proporsi pengeluaran kelompok masyarakat 40 persen terbawah.
“Di perdesaan, gini ratio pada Maret 2025 tercatat sebesar 0,287. Angka ini naik 0,005 poin dibandingkan dengan September 2024 yang sebesar 0,282,” kata Kepala BPS Kaltim, Yusniar Juliana, dalam konferensi pers di Kantor BPS Kaltim.
Meski kenaikannya tergolong tipis, tren ini tetap menjadi perhatian. Dalam periode yang sama, gini ratio wilayah perkotaan tercatat sebesar 0,316, meningkat 0,001 poin dari sebelumnya. Secara umum, gini ratio Kaltim pada Maret 2025 tercatat sebesar 0,312 atau naik 0,002 poin dibandingkan September 2024 yang sebesar 0,310.
Yusniar menambahkan, bahwa selain gini ratio, BPS juga menggunakan indikator persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah, untuk mengukur ketimpangan berdasarkan pendekatan Bank Dunia.
Ia menjelaskan, jika persentase pengeluaran kelompok tersebut berada di atas 17 persen, maka ketimpangan tergolong rendah. Adapun ketentuannya, diantara 12–17 persen tergolong sedang dan di bawah 12 persen tergolong tinggi.
“Pada Maret 2025, persentase pengeluaran kelompok 40 persen terbawah di perdesaan sebesar 22,87 persen, turun dari 23,12 persen pada September 2024, namun masih menunjukkan kategori ketimpangan rendah,” katanya.
Sementara itu, di wilayah perkotaan angkanya sebesar 21,53 persen, sedikit menurun dibandingkan September 2024. Adapun secara keseluruhan, rata-rata Kaltim tercatat sebesar 21,76 persen, turun dari 22,12 persen pada periode sebelumnya.
“Dengan demikian, menurut kriteria Bank Dunia, ketimpangan di daerah perkotaan maupun perdesaan di Kalimantan Timur termasuk dalam kategori rendah,” pungkasnya. (Adv/diskominfokaltim/yrk)












