Nalarnwes.id, Samarinda – Pemprov Kaltim tanggapi positif arahan Presiden Joko Widodo berkaitan hilirisasi industri. Dengan melirik sejumlah potensi lokal yang ada di Kaltim. Yang dapat didorong menjadi komoditas siap ekspor.
Sekprov Kaltim Sri Wahyuni mengatakan, sesungguhnya Kaltim memiliki banyak potensi yang sebagian sudah digarap oleh UMKM. Dan saat ini UKM dan UMKM Kaltim sudah ada yang berhasil melakukan ekspor.
“Kalau sudah ekspor berarti sudah memiliki kualifikasi dan standar yang bagus,” kata Sri Wahyuni di Rumah Dinas Sekprov Kaltim Jalan M Yamin Samarinda, Selasa (3/5/2022).
Sri Wahyuni mengakui, sudah semestinya daerah tidak lagi hanya mengirimkan bahan baku (raw material). Tetapi sudah harus mengubah strategi untuk menjual produk jadi, atau minimal produk setengah jadi agar memiliki nilai tambah berlipat bagi daerah.
“Ini menjadi PR besar kita untuk hilirisasi. Kita akan menuju ke sana,” ucapnya.
Ia mengungkapkan, contohnya mangrove. Kaltim juga punya potensi mangrove yang besar. Bahkan, sudah dibudidayakan. Namun, pasar budidaya mangrove di Kaltim masih lokal.
Belum dapat mencapai konsumen regional, nasional bahkan internasional. Padahal, mangrove dapat menjadi bahan baku teh. Mangrove juga memiliki potensi untuk menjadi minuman herbal dan kesehatan yang juga berpotensi ekspor.
Seperti di Sulawesi dan Jawa. Yang telah menjadikan mangrove sebagai bahan teh. Bahkan, sudah dikonsumsi menjadi barang ekspor. “Tidak menutup kemungkinan nanti akan kita jembatani Kaltim dan Sulawesi,” kata Sri.
Dorong Produktivitas Ekonomi Daerah
Lebih lanjut ia menjelaskan, misalnya Sulawesi sudah punya pintu masuk ekspor, Kaltim bisa kerja sama untuk memasok mangrove lewat mereka. Ini juga akan mendorong produktivitas daerah dalam bidang ekonomi.
Dengan memetakan pasar semua budidaya perkebunan dan pertanian. Sebab, apabila pasar lebih luas maka demand (permintaan) akan semakin banyak. Jika demand meningkat, maka pelaku usaha juga akan makin bersemangat untuk menggerakkan produksi.
“Produksi bergerak memerlukan tenaga kerja, bahan baku yang diperlukan juga lebih banyak. Sehingga, secara langsung akan berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat,” paparnya.
Tidak hanya melirik potensi budidaya mangrove, mantan Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kaltim ini juga melihat peluang hilirisasi industri produk batu bara dan kelapa sawit.
“Saya akan melihat dulu potensi-potensi yang sudah ada. Saya akan pelajari lagi. Yang pasti kita akan laksanakan arahan Presiden Joko Widodo untuk hilirisasi industri tersebut,” tegasnya.
Sementara untuk industri pengolahan minyak goreng dari kelapa sawit di Kaltim baru ada tiga. Satu di Bontang dan dua di Balikpapan.
Sedangkan untuk hilirisasi industri batu bara rencananya akan dibangun tidak jauh dari Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batuta Trans Kalimantan (KEK MBTK) di Kutai Timur. (*/sul/adv/diskominfokaltim)