Masih banyaknya sarana dan prasarana SMA dari kabupaten/kota yang belum dilimpahkan ke provinsi. Membuat Disdikbud Kaltim hati-hati dalam menganggarkan pembangunannya. Sikap Disdikbud Kaltim hati-hati juga lantaran banyak status lahan yang belum jelas.
Nalarnews.id, Samarinda – Memasuki tahun 2022, persoalan gedung sekolah SMA di Kaltim masih menjadi masalah. Sebab, masih banyak sekolah-sekolah yang belum memiliki gedung sendiri. Selama ini hanya menumpang dengan gedung sekolah lainnya. Seperti SMA 14 dan SMA 16 di Samarinda, yang belum memiliki gedung. Maupun sekolah-sekolah lainnya di seluruh Kaltim.
Berkaitan dengan itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim, Anwar Sanusi, melalui Kasi Kelembagaan dan Sarana Prasanan, Mochamad Mursalin mengungkapkan. Bahwa dalam pemenuhan sarana dan prasarana sekolah di Kaltim, pihaknya memang masih memiliki banyak pekerjaan. Salah satunya persoalan sekolah yang belum memiliki gedung.
Namun, dalam proses pembangunannya pun Disdikbud Kaltim memiliki berbagai kendala dan pertimbangan. Selain karena adanya keterbatasan anggaran, sebagian besar pembangunan sekolah di Kaltim terkendala masalah lahan.
“Sekarang kami tidak ingin mengambil risiko. Sebab, ada beberapa sekolah yang lahannya belum serah terima ke Pemprov Kaltim. Yang serah terima hanya gedung beserta sarana prasananya. Sehingga, kami tidak memiliki bukti kepemilikan,” ungkapnya.
Disdikbud Kaltim Hati-Hati Bangun SMA Lantaran Lahan Rawan Dapat Gugatan
Hal ini pihaknya lakukan untuk menghindari masalah di kemudian hari. Lantaran, ada kekhawatiran lahan sekolah mendapatkan gugatan dari pihak lain. Sebab, lahan yang ada di kawasan kota/kabupaten adalah milik pemerintah kota/kabupaten. Bukan milik Pemprov Kaltim atau Disdikbud Kaltim.
“Jadi kalau ada kabupaten/kota melakukan hibah lahan untuk pembangunan gedung sekolah, baru bisa kami lakukan. Dan rata-rata pembangunan gedung sekolah kerapkali terkendala dalam hal itu,” ungkapnya.
Ia mengatakan, apabila melihat kondisi-kondisi sekolah yang memerlukan pembangunan gedung baru, renovasi, maupun rehabilitasi. Sesungguhnya pihaknya ingin membiayai semua keperluan sekolah di Kaltim.
Namun, karena adanya keterbatasan anggaran, sehingga pihaknya lebih memilih melakukan perbaikan sesuai kesanggupan atau secara bertahap. “Maka dari itu, kami juga ingin menyelesaikan persoalan ini. Seperti di SMA 17, 14, dan SMA 16 yang saat ini tengah berproses. Sementara untuk sekolah lainnya sifatnya masih renovasi,” ungkapnya. (*/dns/red2)