Pembangunan IKN Nusantara di Kaltim membawa banyak berkah bagi Benua Etam. Dari perhatian pembangunan pemerintah pusat yang kian tinggi. Hingga dengan Kaltim menjadi magnet investasi penanaman modal asing atau PMA.
Nalarnews.id, Samarinda – Seiring penurunan Covid-19 di Kaltim tahun 2021 turut mendorong tren investasi di Benua Etam. Pencabutan pembatasan ruang gerak oleh pemerintah pun mendorong geliat investasi dan interaksi antar penanam modal untuk kembali melebarkan sayap-sayap bisnisnya.
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kaltim mencatat, capaian realisasi investasi pada Triwulan I (periode Januari – Maret) untuk tahun 2022 sebesar Rp14,95 triliun. Meningkat hingga 64,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Untuk triwulan kedua (periode April-Juni), realisasi investasi Kaltim sebesar Rp12,1 triliun. Lebih tinggi sekitar 29,26 persen jika dibandingkan tahun 2021 di periode yang sama.
Begitupun dengan realisasi investasi triwulan ke III (periode Juli-September) yang mencapai Rp14,15 Triliun. Dengan capaian ini, capaian investasi Kaltim telah mencapai Rp41,20 triliun atau 76,31 persen. Dari target realisasi tahun ini sebesar Rp54 persen.
Pembangunan IKN Nusantara Jadi Daya Tarik Asing, Mulai Rusia hingga Jepang
Kepala DPMPTSP Kaltim Puguh Harjanto mengatakan, pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) secara tidak langsung menjadi daya tarik investor dalam negeri, maupun luar negeri. Tak heran, semakin banyak investor asing yang melirik penanaman modal di Kaltim.
Oleh karena itu, pengoptimalan investasi penanam modal asing (PMA) juga telah pihaknya lakukan dengan melihat peluang dari pembangunan IKN. Sehingga, promosi sebesar-besarnya perlu dilakukan oleh pemerintah daerah, dengan menyambut delegasi asing ke wilayah IKN.
“Delegasi asing ke Kaltim selain agenda IKN, ada dari Malaysia, Australia, Rusia serta Jepang” jabarnya.
Baru-baru ini, juga ada delegasi dari Finlandia yang melirik investasi di Kaltim di berbagai bidang. Tak hanya itu, mereka pun tertarik dengan peluang investasi pembangunan IKN.
Sehingga, menurut Puguh, perlu komitmen dari berbagai stakeholder atau pemangku kepentingan, untuk mendukung masuknya PMA di Kaltim. Terlebih dengan tantangan masuknya IKN di Kaltim.
“Jangan sampai ada kesenjangan antara wilayah IKN dengan Kaltim. Kita jangan jadi penonton, daerah harus diuntungkan dengan etos kerja kita yang perlu branding,” pungkasnya. (*/adv/dpmptspkaltim/dev/red2)