Nalarnews.id, Samarinda – Gubernur Kaltim Isran Noor minta stakeholder atau pemangku kepentingan mengambil peran strategis dalam menyukseskan pengembangan peternakan di Kaltim. Khususnya pengembangan sapi dengan pola Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (SISKA).
Sebab, menyongsong perpindahan Ibu Kota Nusantara (IKN) ke Tanah Benua Etam, sebutan lain Kaltim. Maka, kebutuhan Kaltim akan daging sapi akan meningkat. Sementara, selama ini Kaltim masih bergantung dengan provinsi lain untuk pemenuhan daging sapi.
Hal itu disampaikan Gubernur Kaltimd alam sambutan yang dibacakan Pj Sekprov Kaltim Indra Riza Riadi. Saat membuka Diskusi Publik Kebijakan Daerah dalam Implementasi Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit. Untuk mendukung Supply hain Daging sapi di IKN.
Gubernur menguraikan, total populasi sapi di Kaltim mencapai 121.290 ekor. Namun, ketersediaan sapi yang dapat dipotong hanyan sebanyak 11.166 ekor.
Sementara, jumlah penduduk Kaltim pada 2021 mencapai 3,7 juta jiwa lebih. Dengan kebutuhan konsumsi daging sapi pertahun sebesar 9.828,81 ton atau setara dengan 62.852 ekor sapi pertahun.
Dengan jumlah itu, Kaltim masih kekurangan sekitar 51.686 ekor sapi. Kekurangan tersebut hingga saat ini Kaltim penuhi dengan pasokan daging sapi potong atau daging beku dari luar daerah.
“Tentu kita tidak ingin jadi penonton terus menerus. Tetapi sudah saatnya menjadi produsen. Oleh karena itu, saya berharap sekali, Pengembangan ternak sapi pola SISKA dapat berjalan dengan baik,” uucapnya di Hotel Golden Tulip Balikpapan, Sabtu (2/7/2022).
Terlebih, lanjut dia, berdasarkan data dinas perkebunan, Kaltim memiliki lahan kelapa sawit mencapai 1.392.965 hektar. Jika pemeliharaan secara ektensif dengan asusmsi dua hektar lahan sawit untuk 1 ekor sapi, maka potensi sapi yang dipelihara bisa mencapai 696.482 ekor.
“Memang tidak mudah jika tidak ada kesepakatan dan kesepahaman. Karena itu peran serta stakeholede sangat dibutuhkan,” sebutnya.
Sementara, Pj Sekprov Kaltim Indra Riza Riadi menambahkan, program integrasi sapi dan kelapa sawit sudah pernah dilakukan. Namun, program tidak berjalan optimal.
“Maih tedapat kendala-kendala administrasi serta kesenjangan dukungan dua dirjen yang berbeda,” ungkap Riza.
Sementara di daerah, lanjut dia, stakeholder belum ada yang mendukung. Karena masih belum ada yang paham informasi terkait integrasi sapi dan kelapa sawit.
“Dalam diskusi ini, semoga dapat menggairahkan kembali dan ditemukan kesepahaman dalam program ini. Apalagi kaltim telah menjadi IKN. Yang tentunya kebutuhan akan daging semakin meningkat,” harapnya.
Dalam kesempatan itu, turut menghadirkan narasumber Kepala bappeda Kaltim HM Aswin, PESKP Kementerian Pertanian Nyak Halim dan Ketua Dewan Gapensiska Rusman Heriawan. (*/gie/her/yans/adv/diskominfokaltim)