Nalarnews.id, Samarinda – Setiap pemimpin nasional memiliki gaya (style) masing-masing. Mantan Presiden Soekarno misalnya, dikenal gaya bicara yang lantang, lugas dan tegas. Lain halnya dengan Presiden Joko Widodo yang singkat, lugas, meaningfull dan to the point. Mereka pun berbeda dengan mantan Presiden Amerika Serikat Obama yang dengan ciri khas suara baritonnya dan sangat jelas.
Perbandingan gaya pidato para pemimpin negara itu disampaikan Pramaartha Pode, Asisten Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana yang didaulat menjadi narasumber Bimtek Penulisan Pidato dan Presentasi yang digelar oleh Biro Administrasi Pimpinan Setda Provinsi Kaltim di Ruang Uluwatu, Hotel Mercure Kuta Beach Bali, Rabu (10/5/2023).
Demikian pun setiap kepala daerah, baik gubernur, bupati dan wali kota dan para wakilnya, pasti memiliki gaya yang berbeda-beda.
“Saya sudah nonton dua youtube pidato Pak Gubernur (Isran Noor) tadi malam. Beliau ini gayanya santai, tapi blak-blakan. Beliau juga punya banyak joke,” kata Pramaartha Pode yang juga pernah menjadi Tim Program Prioritas Presiden di Kantor Sekretariat Presiden (KSP) itu.
Dia lalu mengupas bagaimana menyusun metode dan struktur pidato yang efektif bagi para kepala daerah, baik gubernur, bupati, wali kota dan para wakilnya.
Pertama, memahami diksi yang kerap disampaikan pimpinan. Kedua, memahami jenis pidato yang disampaikan. Ketiga, perhatikan pula gaya/style pidato pimpinan dan keempat pahami konteks acara dan kenali peserta acara.
Pidato yang dibuat juga harus berisi pesan-pesan penting untuk disampaikan kepada peserta acara dan masyarakat pada umumnya.
“Kalau pidato presiden, pesan pentingnya dibatasi tidak lebih dari tiga. Kami mengenalnya dengan rule of three,” pesan Pram.
Tugas sebagai staf penyedia sambutan pimpinan menurutnya memang penuh tantangan, sebab hampir tak mengenal hari libur.
“Kalau kami itu, sehari bekerja siap 24 jam. Seminggu 7 hari. Tidak ada hari libur. Karena liburan juga minta pidato. Mungkin ini juga terjadi di daerah,” tanya Pram, sontak dijawab iya oleh peserta yang datang dari organisasi perangkat daerah Pemprov Kaltim dan kabupaten/kota.
Untuk menghasilkan pidato yang baik, setiap tim sambutan kepala daerah harus mampu menentukan point of view/kerangka pikir, kemudian menyiapkan bahan dan menyusun drafting speech.
Selain itu, tim pidato pimpinan juga harus mendapat dukungan kuat dari tim di setiap OPD, terkait kesesuaian bahan sambutan dan hadirin yang diundang.
“Jadi repot kalau OPD tidak ada kontak yang bisa dihubungi dan pidato sudah harus jadi besok pagi. Mungkin ini juga sering terjadi di daerah,” tanya Pram lagi.
Narasumber kedua, Novri Susan (Tim Komunikasi Presiden RI) memaparkan tentang riset dan perspektif dalam penyusunan pidato kepemerintahan.
“Pidato harus bisa memberi perubahan sikap dan tindakan (perilaku) peserta acara dan masyarakat pada umumnya,” kata Novri.
Sebab itu, pidato dibuat harus mempertimbangkan akurasi informasi, kejelasan perspektif dan pengemasan Bahasa.
Pidato yang dibuat juga harus disusun melalui riset penyusunan naskah. Meliputi riset karakter sosial kepala daerah, riset data dan riset bahasa.
“Riset karakter sosial bisa berupa gestur fisik, gestur, kata-kata dan intonasi. Riset data meliputi peraturan yang relevan, kebijakan umum dan khusus, serta dinamika sosial terkait kebijakan,” paparnya.
Sedangkan riset Bahasa meliputi istilah unik yang sedang trending dan sesuai dengan konsep kebijakan serta istilah unik yang bersumber dari lokalitas sosial.
Narasumber ketiga yang dihadirkan adalah pakar slide/kreasi presentasi, Dhony Firmansyah. Dhony banyak memberi kiat tips dan visualisasi media presentasi.
Bimtek secara resmi dibuka Asisten Administrasi Umum Sekda Provinsi Kaltim Riza Indra Riadi, berlangsung 10-11 Mei 2023. Tampak hadir Kepala Biro Adpim Setda Provinsi Kaltim Hj Syarifah Alawiyah. (adv/diskominfokaltim)