Ditulis Oleh: Rio Jumardi (Dosen/Peneliti STITEK Bontang)
PENINGKATAN pengguna internet atau media sosial di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan. Survei terakhir yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan 73,7 % dari populasi penduduk Indonesia menggunakan internet, naik 8,9 % dari tahun sebelumnya.
Dilihat dari jumlahnya dapat dikatakan bahwa seluruh pengguna internet pernah menggunakan sosial media. Beberapa platform medsos paling popular yang kunjungi oleh masyarakat di antaranya YouTube, Facebook, WhatsApp, dan Instagram. Tidak dapat dipungkiri bahwa munculnya game virtual berbasis internet dalam konsep jejaring sosial seperti PUBG dan Mobile Legend juga mewarnai aktivitas penggunaan internet.
Kebanyakan dari pengguna aktif merupakan masyarakat usia pelajar baik siswa maupun mahasiswa, tentu hal ini berpengaruh pada aktivitas pendidikan atau akademik mereka. Penelitian berkaitan dengan pengaruh media sosial dalam pendidikan pelajar telah banyak dilakukan.
Hasilnya? Tidak sedikit terjadi kontradiktif antara dampak positif maupun dampak negatif serta pada hasil tentang tidak adanya pengaruh medsos dalam pendidikan. Terlepas dari pengaruh yang ditimbulkan oleh medsos, potensi dari aktivitas penggunaan media sosial perlu untuk dipertimbangkan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.
Sejak teknologi web 2.0 yaitu website dengan pola komunikasi interaksi dua arah (interactive), media sosial juga ikut berkembang dengan berbagai macam platformnya. Beberapa bentuk dari medsos antara lain jejaring sosial, komunitas online berupa forum komunikasi, serta situs web-blog yang memungkinkan adanya interaksi antara penulis blog dan pembaca.
Konsep dasar dari media sosial adalah untuk menumbuhkan communication, connecting, sharing dan collaboration antar pengguna media. Potensi inilah yang dapat digunakan dalam aktifitas pendidikan di Indonesia.
Peran sosial media sebagai media komunikasi diperlukan dalam membuka ruang komunikasi selebar-lebarnya antara pelajar dan pengajar. Pola ini seharusnya dapat membantu pola komunikasi tradisional satu arah yang kebanyakan terjadi diruang kelas yaitu pengajar memberikan pengetahuan dan pelajar hanya menerimanya.
Dengan adanya media sosial pelajar dapat dengan mudah menanyakan apapun tentang pengetahuan yang diinginkan, baik terhadap pengajar dikelasnya maupun sumber pengetahuan dari tempat yang lain.
Selain itu pola connection dalam pengertian keterhubungan juga memungkinkan antar pengguna medsos dalam hal ini pelajar terhubung dalam sumber pengetahuan baik berupa teks, gambar, video atau tautan (link) yang sama. Hal ini dapat berpengaruh terhadap kecepatan proses penyebaran pengetahuan dikarenakan pengguna terhubung satu sama lainnya.
Sharing informasi juga berpotensi meningkatkan keterlibatan pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan di tempat belajar. Hal ini akan meningkatkan partisipasi pelajar terhadap informasi yang disampaikan dalam bentuk umpan balik terhadap informasi yang diperoleh. Umpan balik yang dihasilkan merupakan dampak keterbukaan (openness) dari reaksi interaksi terhadap informasi yang dibagikan dengan memberikan peluang untuk saling berkomentar.
Metode Blended Learning yang mulai diterapkan dalam dunia pendidikan menuntut untuk proses belajar mengajar dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan tatap muka maupun menggunakan teknologi berbasis internet. Pelajar dapat memanfaatkan medsos untuk dapat berkolaborasi dalam penyelesaian masalah. Hal ini dapat meningkatkan kerja sama antar pelajar.
Potensi lain dari media sosial dapat dilakukan melaui virtual game berbasis jejaring sosial. Game selama ini dianggap memberikan pengaruh yang buruk dalam perkembangan pendidikan pelajar. Namun dalam perspektif yang lain, game dapat memberikan dampak postitif dengan meningkatkan dan mengasah kemampuan motorik, keterampilan sosial, sportivitas, melatih logika, kerja sama tim, dan untuk melepaskan diri dari tingkat tekanan.
Untuk memaksimalkan potensi-potensi tersebut memang diperlukan berbagai dukungan teknologi baik teknologi internet maupun teknologi perangkat yang digunakan. Dukungan aplikasi juga sangat diperlukan, terkhusus aplikasi-aplikasi yang digunakan untuk pendidikan.
Namun tentu saja keberhasilan memanfaatkan potensi medsos dalam pendidikan terletak pada bijaknya pelajar menggunakan media tersebut, pengajar yang memanfaatkan media sosial untuk meningkatkan dan berbagi pengetahuannya, serta orang tua sebagai pengawas sehingga pelajar tidak terjebak dengan menghabiskan waktu dengan media sosial dan atau menggunakan media sosial untuk hal-hal yang tidak diinginkan. (*/red2)