Nalarnews.id, Samarinda – Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, menegaskan pentingnya pelestarian dan pengembangan kebudayaan di Kaltim. Hal ini penting lantaran Tanah Benua Etam, sebutan lain Kaltim ini memiliki sejarah panjang.
Ia menyebut, Kaltim sebagai wilayah yang menyimpan kekayaan budaya luar biasa, termasuk situs-situs prasejarah yang belum banyak tergali secara maksimal.
“Kaltim ini kaya akan budaya, kaya akan sejarah, dan memiliki artefak-artefak luar biasa. Kita berharap dari sini bisa muncul banyak literasi sejarah dan budaya,” tutur Fadli Zon usai mengisi kuliah umum di Universitas Muhammadiyah Kaltim (UMKT), Jum’at (30/5/2025).
Fadli Zon mengatakan, salah satu situs budaya yang harus dirawat dan dilestarikan adalah gua Sangkulirang-Mangkalihat di Kabupaten Kutai Timur (Kutim). Gua ini diketahui memiliki sekitar 2.500 gambar lukisan cadas yang tersebar di 58 panel, menjadi bukti tingginya nilai sejarah kawasan tersebut. Ia menekankan, perlunya penetapan situs ini sebagai cagar budaya nasional.
“Ini semua harus diselamatkan dan ditetapkan sebagai cagar budaya agar bisa dijaga, dilindungi, dan dirawat. Apalagi di tengah ancaman perubahan iklim,” tegasnya.
Selain pelestarian, Fadli juga berharap akan muncul ekspresi budaya baru yang tumbuh di Kaltim, seperti budaya digital, film, dan musik. Mantan aktivis tahun 1998 ini juga mendorong penguatan institusi budaya seperti museum dan taman budaya agar bisa menjadi ruang edukasi dan pelestarian nilai-nilai budaya lokal.
Kaltim Punya Warisan Budaya Panjang dan Beragam
Sementara itu, Wakil Gubernur Kaltim, Seno Aji menegaskan, bahwa Kaltim memiliki warisan budaya yang sangat panjang dan beragam. Dari adat Dayak, Kutai, hingga Banjar, semua hidup berdampingan dengan kearifan lokal yang kaya.
“Hukum-hukum adat di wilayah ini sangat beragam dan berdampingan erat dengan nilai-nilai lokal. Ini merupakan aset berharga yang harus dijaga dan diteliti lebih dalam,” ujarnya.
Ia menenkan, pentingnya peran para peneliti untuk menggali kekayaan budaya Kaltim. Apalagi, jejak tangan di gua-gua Sangkulirang yang diperkirakan berusia hampir 40.000 tahun menunjukkan bahwa budaya di wilayah ini telah ada sejak zaman prasejarah.
“Kami tadi berdiskusi panjang dengan pak menteri, membahas masyarakat Kaltim dari masa kerajaan hingga era modern. Mereka hidup berdampingan tanpa konflik, dan ini menjadi kekuatan tersendiri,” tambahnya.
Seno berharap, ke depan akan ada lebih banyak buku dan kajian akademis yang mengangkat budaya Kaltim, khususnya budaya Dayak dan Kutai.
“Salah satu contoh yang disebutnya adalah peninggalan keramik dan piring di Muara Kaman yang merupakan jejak Kerajaan Kutai,” tutupnya. (Adv/diskominfokaltim/mz)