Kaltim.nalarnews.id, Samarinda – Nilai ekspor batu bara Kalimantan Timur (Kaltim) mengalami tren fluktuasi dalam lima tahun terakhir, meskipun Tiongkok masih bertahan sebagai pasar utama komoditas energi andalan Benua Etam.
Berdasarkan data Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM (DPPKUKM) Kaltim, pada 2020 nilai ekspor batu bara tercatat sebesar 2,5 miliar dolar AS. Angka itu melonjak signifikan menjadi 7,6 miliar dolar AS pada 2021.
Namun, pada 2022 terjadi penurunan menjadi 7,3 miliar dolar AS. Penurunan berlanjut pada 2023 ke angka 6,6 miliar dolar AS, hingga kembali turun menjadi 6,2 miliar dolar AS pada 2024.
Analis Perdagangan Ahli Pertama DPPKUKM Kaltim, Andra Adi Pratama, mengatakan bahwa selama sepuluh tahun terakhir, Tiongkok selalu menjadi negara tujuan utama ekspor batu bara Kaltim. Hal ini tidak terlepas dari tingginya kebutuhan energi di Tiongkok serta kualitas batu bara Kaltim yang dinilai memenuhi standar industri mereka.
“Tiongkok memiliki permintaan yang tinggi terhadap batu bara berkualitas yang dihasilkan Kaltim,” kata Andra di Samarinda, belum lama ini.
Selain Tiongkok, India dan Filipina juga menjadi pasar penting ekspor batu bara Kaltim. Namun, dalam dua tahun terakhir, pengiriman ke kedua negara tersebut mengalami penurunan nilai akibat dinamika pasar global dan isu transisi energi.
Andra mengingatkan, tren transisi energi yang kini digencarkan Tiongkok dikhawatirkan akan berdampak pada ekspor batu bara Kaltim di masa depan. Karena itu, ia menilai perlu strategi menjaga pasar sambil mulai mempersiapkan diversifikasi ekonomi agar ketergantungan Kaltim terhadap batu bara tidak menjadi risiko besar bagi ekonomi daerah.
“Untuk itu, Pemprov Kaltim sedang berupaya mencari alternatif lain untuk menyiapkan pengganti ekspor batu bara ini,” tukasnya. (Adv/diskominfokaltim/yrk)
