Nalarnews.id, Samarinda – Perekonomian Kalimantan Timur (Kaltim) melanjutkan tren pertumbuhan positif pada triwulan II 2022. Pertumbuhan perekonomian Kaltim tercatat tumbuh sebesar 3,03% (yoy), menguat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,85% (yoy). Meningkatnya ekonomi Kaltim pada periode ini bersumber dari hampir seluruh lapangan usaha yang tumbuh positif di triwulan II 2022.
Secara spesifik, peningkatan pertumbuhan ekonomi Kaltim tersebut ditopang dari lapangan usaha utama yakni lapangan usaha pertambangan dan industri pengolahan. Kinerja pertambangan yang mengalami peningkatan seiring dengan telah berlalunya pelarangan ekspor serta level harga batu bara yang sangat tinggi pada triwulan II 2022 dan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.
“Di sisi industri pengolahan, harga CPO yang masih tinggi juga menjadi upside factor kinerja industri pengolahan. Berlanjutnya capaian pertumbuhan ekonomi Kaltim yang positif ini mencerminkan bahwa kondisi perekonomian berada berada on track dalam tren pemulihan,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kaltim Ricky Perdana Gozali, melalui keterangan tertulis, Jumat (12/8/2022).
Inflasi Kaltim Per Juli 2022 Naik Sebesar 0,61 Persen
Di sisi Inflasi, pada Juli 2022 Kaltim mengalami inflasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan capaian inflasi pada bulan sebelumnya. Indeks Harga Konsumen (IHK) Kaltim pada Juli 2022 tercatat inflasi sebesar 0,61% (mtm). Lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,47% (mtm).
Capaian ini membuat inflasi tahunan Kaltim pada periode yang sama tercatat sebesar 5,05% (yoy). Lebih tinggi dibandingkan capaian nasional yang berada pada 4,38% (yoy). Penguatan inflasi periode Juli ini menunjukkan optimisme membaiknya roda perekonomian Kaltim, yang turut didukung oleh kasus Covid-19 yang terkendali di wilayah Kaltim.
Selain itu, diikuti normalisasi permintaan masyarakat di tengah ketersediaan kebutuhan yang masih belum pulih seutuhnya. Lebih lanjut, berdasarkan kelompok pengeluarannya, inflasi pada bulan Juli 2022 bersumber dari meningkatnya harga pada kelompok pangan serta kelompok transportasi.
“Secara umum, ketersediaan pangan di Kaltim masih selalu terjaga walaupun stabilitasnya punya ketergantungan yang cukup besar pada daerah produsen. Karena sebagian besar kebutuhan Kaltim dipasok dari Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Jakarta,” tuturnya.
TPID Jaga Stabilitas Inflasi Kaltim Melalui Kerangka 4K
Untuk menyikapi kenaikan inflasi yang terjadi, Ricky mengatakan, TPID Kaltim terus memperkuat sinergi dan aksi. Guna menjaga stabilitas inflasi di Kaltim yang mengacu pada kerangka 4K (ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga dan komunikasi efektif).
Dalam rangka menjaga ketersediaan pasokan, dilakukan pemetaan potensi kerja sama antar daerah (KAD) di level G2G dan B2B. Untuk mencari mitra dagang yang dapat memasok komoditas ke Kaltim khususnya komoditas hortikultura dan daging sapi.
Saat ini juga tengah dikembangkan implementasi digitalisasi UMKM pangan baik di sisi hulu dan hilir. Antara lain melalui penguatan produksi di tingkat rumah tangga untuk komoditas cabai, penerapan digital farming di Pondok Pesantren Nabil Husein Samarinda, penggunaan pupuk organik hasil fermentasi MA-11 untuk optimalisasi hasil pertanian di berbagai klaster binaan.
Untuk menjaga kelancaran distribusi, dilakukan pengamanan jalur distribusi dan implementasi jalur khusus untuk kendaraan logistik di SPBU. Terkait keterjangkauan harga dilakukan pelaksanaan operasi pasar/pasar murah/pasar tani di tingat kota dan provinsi yang diinisiasi oleh BUMD, BULOG, dan juga OPD terkait.
“Selain itu, dilakukan monitoring harga melalui sidak pasar dan aktivasi market intelligence untuk memastikan tidak terjadinya distorsi harga. Pengendalian inflasi juga didukung komunikasi efektif melalui kampanye belanja bijak dan diseminasi informasi perkembangan harga pangan,” pungkasnya. (*dns/red)