Nalarnews.id, Jakarta – Kelompok aktivis asing melalui tayangan film dokumenter menyoroti kasus kiriman sampah secara ilegal dari Kanada ke sejumlah negara berkembang, termasuk Indonesia. Kelakuan Kanada buang sampah ke negara berkembang ini mencapai jutaan ton.
The Fifth Estate dalam tayangan dokumenter menemukan bahwa perusahaan daur-ulang Kanada mengirim sampah rumah tangga yang tak terpilah secara ilegal.
Kiriman ini di lakukan dengan cara menyembunyikan sampah tak terpilah itu ke sampah yang sudah mendapatkan persetujuan untuk diekspor.
“Isi tempat sampah biru kami di kumpulkan dan di buang dan 3,3 juta ton sampah plastik di pilah per tahun. (Namun) kurang dari sepuluh persen (sampah) plastik itu di daur ulang,” kata jurnalis The Fifth Estate, Gillian Findlay, dalam dokumenter berjudul “Canadian Recycling Companies Caught Shipping Illegal Trash Overseas,” yang dipublikasikan, Kamis (21/4/2022).
Salah satu aktivis cilik asal Indonesia, Aeshnina Azzahra Aqilani (14), juga mengungkapkan kekhawatirannya atas masalah sampah plastik yang dikirim Kanada ke RI.
Ia membuat surat kepada Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, untuk tak membuang sampah plastik Kanada ke Indonesia.
“Kepada, Perdana Menteri (Kanada), kenapa Anda mengirim sampah Anda ke negara saya? Anda harus mengelola sampah Anda di negara Anda,” ujar Nina dalam dokumenter tersebut mempertanyakan tindakan Kanada buang sampah ke negara berkembang.
Negara Maju Selundupkan Sampahkan ke Indonesia
Dokumenter tersebut kemudian menunjukkan aktivitas Nina yang berupaya memungut sampah plastik di Sungai Brantas, Jawa Timur, bersama teman-temannya. Terlihat tumpukan sampah plastik memenuhi pinggiran sungai dan tersangkut pada tumbuhan yang berada di daerah itu.
Selain itu, Nina juga menceritakan masalah pembelian sampah kertas di Indonesia.
“Jadi pabrik kertas di Indonesia, mereka membeli sampah kertas dari negara maju, tetapi negara maju, mereka menyelundupkan sampah plastik mereka ke Indonesia karena mereka tahu bahwa daur ulang plastik itu sangat sulit dan mahal. Makanya mereka selundupkan saja ke Indonesia,” kata Nina.
Menurut Nina, pemilahan sampah plastik ini berdampak pada sungai di desanya. Sampah plastik harus dicuci bersih dan limbah hasil pencuciannya mengalir ke sungai. Ini menyebabkan sungai tercemar dan berdampak pada matinya ikan-ikan di sana.
Tak hanya itu, limbah plastik juga berpotensi melepaskan mikroplastik berukuran kurang dari 5 mm. Bukan tidak mungkin, mikroplastik itu masuk ke tubuh manusia.
“Jika ada mikroplastik di sungai, ikan-ikan akan terkontaminasi dan ikan tersebut kita makan, mikroplastik bisa menyebabkan penyakit serius pada manusia,” kata Nina. (red2)
Sumner: Cnnindonesia.com